"Selamat Pagi, kita akan segera mendarat di Bandar Udara Dominique Edward Osok. Waktu setempat menunjukan pukul 07.40, cuaca di daratan cukup cerah dengan suhu 32 derajat celcius, flight attendant prepare the cabin for arrival. Terima Kasih telah terbang bersama kami hari ini, selamat datang di Sorong.” Kalimat itu menjadi terdengar sesaat saya terbangun dari tidur saya di atas pesawat dari Makassar menuju Sorong dalam satu Trip saya menuju destinasi impian bagi banyak orang yakni Raja Ampat, Papua. Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat biasa disebut ”kepala burung” memiliki luas wilayah 46.108 kilometer persegi, dan hampir 80 persen di antaranya laut.
Panjang pantainya mencapai 4.860 kilometer. Namun, penghuninya hanya sekitar 60.000 jiwa di 35 pulau dari 610 pulau yang ada. Penduduknya tersebar di 98 desa dan 17 distrik. Penduduk lokalnya terdiri atas 10 suku yang memiliki mata pencarian utama sebagai nelayan. Kepulauan Raja Ampat, terdiri dari empat gugusan pulau yang terdiri dari Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta, dikenal sebagai salah satu surga wisata bahari bagi para penggemar kehidupan bawah laut tempat ini merupakan salah satu impian dari banyak orang. Berada di bagian timur Indonesia, tepatnya di Provinsi Papua Barat, kepulauan ini bagaikan magnet menjadi tujuan para penyelam yang tertarik pada pemandangan bawah lautnya.
Menurut berbagai sumber perairan Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik sebagai lokasi diving di seluruh dunia, apalagi dengan keberagaman flora dan fauna bawah airnya. Kesempatan untuk pergi ke Raja Ampat datang seperti sebuah mimpi yang tiba-tiba menjadi sebuah kenyataan, sebuah kompetisi menulis yang dibuat oleh salah satu produk FMCG memberikan saya sebuah berkesempatan juga menikmati surga wisata bahari di Kepulauan di Raja Ampat. Perjalanan dengan penerbangan dilalui cukup lama hingga tiba di Sorong, setelah itu beristirahat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju Raja Ampat. Semua lelah yang ada sejak malam sebelumnya seperti tertutupi dengan embusan semangat yang tinggi untuk bisa menginjakan kaki di tempat yang sering dinyatakan sebagai "The last paradise on earth".
Kami tiba di Waiwo menjelang sore hari, salah satu anak pulau gugusan pulau dari Pulau Waigeo disambut oleh hujan rintik-rintik di tengah panasnya matahari Papua, pemandangan seperti lukisan pulau-pulau hijau dengan langit biru cerah dan awan putih bulat-bulat seperti kapas dan Pelangi, yaaa pelangi dengan bias warna yang sangat cantik, di Jakarta kita tidak akan bisa menemukan pelangi seindah ini. Aktivitas pertama yang sudah tidak sabar adalah masuk ke dalam air, kami stay di sebuah resort yang masing-masing kamarnya berada tepat di pinggir pantai. Hujan masih turun rintik-rintik namun itu tidak mengurungkan niat kami untuk langsung menjelajah perairan Raja Ampat, beberapa dari kami langsung melakukan aktivitas air baik snorkeling ataupun diving.
Alam begitu indah, pemandangan atas air begitu mencengangkan sama halnya juga dengan apa yang dilihat di bawah air, beragam biota bawah laut seolah menyapa dan menari-menari bersama kita. Sunset di Pulau Waiwo begitu indah, semburat langit dengan cahaya oranye, jingga, ungu dan biru dibalut dengan awan bola-bola kapas berwarna putih, semua membentuk kombinasi yang keindahannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata *speechless* Hari kedua kami awali dengan sarapan di tepi pantai semilir angin dan suara kicauan burung yang menemani kami. Pagi ini kami akan berangkat ke Wayag, ya satu pulau yang terletak di wilayah distrik Waigeo Barat, yang terdiri dari gugusan pulau-pulau karst terjal berbentuk seperti cendawan yang bermunculan dari dalam laut.
Perjalanan menuju kesana memakan waktu 3 jam, dengan dihiasi pemandangan yang sangat indah, semua terlihat crystal clear, biru langit, biru laut, hijau bukit-bukit pepohonan di tengah laut. Indah. Awalnya kami mengarungi laut besar, hingga tiba di area yang dikelilingi oleh karst-karst bermunculan. Sebelumnya kami harus melapor dulu ke Pulau Waigeo besar, meregistrasikan kedatangan kami.
Oh Iya, untuk bisa memasuki kawasan wisata dan suaka alam Kepulauan Raja Ampat, setiap pengunjung diwajibkan untuk membeli sebuah pin khusus. Pin ini berbentuk lempengan plastik bundar yang bisa digunakan dengan mengikatnya dengan tali di tas, atau dikalungkan di leher, Pin ini merupakan tiket tanda masuk berwisata dan juga berlaku sebagai izin untuk melakukan aktivitas menyelam di Raja Ampat. Harga Pin ini adalah Rp. 250.000,- untuk Wisatawan Lokal dan Rp. 500.000,- untuk Wisatawan Asing. Pin ini merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat dan Conservation Internasional dalam mempertahankan kelestarian dan keaslian alam Raja Ampat.
Uang yang dikumpulkan dari hasil penjualan Pin ini akan sepenuhnya digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan konservasi dan pemeliharaan lingkungan dan sumber daya alam di Kepulauan Raja Ampat. Banyak yang bilang, belum ke Raja Ampat jika kita belum ke Kepulauan Wayag. Lokasinya cukup jauh, memerlukan sekitar 3-4 jam dengan speed boat.
Kepulauan Wayag terdiri dari gugusan pulau karang dari karst seperti cendawan, dan untuk mendapatkan view seperti itu, kita harus dapat naik ke salah satu gugusan karang yang ditumbuhi pohon tersebut. Pendakian yang harus dilalui cukup sulit, fisik dan stamina yang kuat dibutuhkan, karena kemiringan hampir 90 derajat dan juga tajamnya karang, dan teriknya cahaya matahari. Tetapi ketika sudah sampai diatas, semua lelah, perih, terik akan hilang dengan hamparan pemandangan yang disajikan.
Gugusan pulau karang dan lautan biru yang biasa hanya dilihat di internet, tv, post card sekarang ada di depan mata, bahkan seolah ada digenggaman. Hamparan bukit-bukit karst yang hijau dengan hamparan laut yang berwarna biru kehijauan dengan terumbu karang yang terlihat jelas dibawah air, benar-benar sulit dijelaskan dan dilukiskan dengan kata-kata yang membuat saya tidak hentinya kagum dan takjub. Betapa besarnya kuasa Tuhan mencipatkan suatu tempat seindah itu, ibarat surga kecil yang jatuh ke bumi.
Setelah Termanggu menyaksikan pemandangan yang disajikan di bukit karang kepulauan Wayag, kami pun menuju Arborek yang dikenal sebagi Manta Point, lokasi favorit Manta Ray muncul. Manta yang ditemukan di Perairan ini merupakan spesies Birostris, ukurannya cukup besar sekitar 6-7 meter dan berbobot hingga 2 ton. Jika baru pertama kali melihat pasti akan kaget, bahkan beberapa dari kami sempat ketakutan saat snorkeling bersama manta karena ukurannya yang begitu besar. Saya saya cukup terkejut saat pertama kali berhadap-hadapan dengan Manta, namun rasa takjub menggeluti perasaan saya terhadap bioata yang besar ini, kesan yang sangat spesial, menakjubkan!
Namun bagi yang tidak berani untuk menyelam atau snorkeling, jangan khawatir, Ikan Pari Manta ini tak jarang menunjukan diri di permukaan air, kejadian yang jarang dijumpai namun sangat menyenangkan. Manta tidak menyeramkan, malah ia menunjukan perilaku yang bersahabat. Kami pun menghabiskan sore hari sambil 'berkejar-kejaran' dengan sekumpulan manta sambil menunggu saatnya matahari terbenam. Menapaki keindahan Raja Ampat tidak harus selalu menyelam atau berenang meski keindahan dan pesona Raja Ampat di dominasi hamparan terumbu karang dan biota bawah laut, pantai berpasir putih, gugusan pulau-pulau kecil yang cantik, dan hutan yang masih perawan.
Maka itu kami memutuskan untuk menikmati suasana pedesaan di Raja Ampat. Hari Ketiga kami dimulai sangat pagi, kami harus berangkat pada pukul 4 pagi menuju Desa Sawingrai untuk dapat melihat Burung Cendrawasih 'Red Bird of Paradise' sebelum matahari terbit. Diawali dengan segelas kopi papua yang sangat nikmat, (khususnya bagi penikmat kopi, kopi Papua itu enak sekali lho) kami pun memulai perjalanan. Setibanya di desa Sawing Rai, kami akan berjalan untuk melihat lebih dekat burung cenderawasih dengan mendaki Bukit Manjai, Sawing Rai, selama 30 menit. Saat itu sedang musim kawin, jadi burung yang keluar tidak terlalu banyak namun ada beberapa burung cenderawasih merah, belah rotan, kecil, dan cenderawasih besar akan tampak hinggap di pohon setinggi 2 meter.
Sisa hari itu kembali diisi dengan masuk ke dalam air, snorkeling dan diving melihat keindahan bawah laut Raja Ampat, pengalaman yang sangat menyenangkan. Namun sayang saya hanya memiliki waktu 3 hari disini, sangat singkat bagi sebuah destinasi impian dengan kekayaan alam dan bahari yang dapat dieskplor, namun sudah berkesempatan mengunjungi tempat ini saja sudah merupakan sesuatu hal yang sangat patut disyukuri. Pemandangan alam maupun bawah laut tidak dapat terlukiskan dengan kata-kata, eksotisme wisata bahari yang sangat indah. Tidak heran jika Raja Ampat disebut sebagai salah satu surga wisata bahari di Dunia -
See more at:
http://jelajahbumipapua.com/home.php?link=content-detail-tulis&kode=581&jdl=Eksosistme.Wisata.Bahari.Raja.Ampat.-.Papua.Barat#sthash.4eXLTd0e.dpufhttp://jelajahbumipapua.com/home.php?link=content-detail-tulis&kode=581&jdl=Eksosistme.Wisata.Bahari.Raja.Ampat.-.Papua.Barat#sthash.4eXLTd0e.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar